Monday, December 15, 2014

Tentang Lis Spakbor



Seminggu yang lalu, saya nge-mahar-in lis spakbor belakang yang dijual kang Ano-nya IF.



Barang datang pada hari Jum’at.
Sabtu lalu saya coba pasang.



Eh, ternyata….  spakbor sebelah kiri belum tersedia lubang untuk sekrupnya.



Padahal yang sebelah kanan ada.


Aneh juga… kok bisa nggak sama ….

Apakah waktu Marzo di-restorasi di Cawang dulu, panel bokong kiri sempat diganti? 
Saya kira begitu.

Jadi, mesti pake acara nge-bor dulu nih…. Heeeaaaaaaa………
Kapan-kapan aja deh…  J


////

Saturday, December 13, 2014

Seputar Suhu Kabin

Satu waktu di awal September, saat Jakarta sedang panas-panasnya.

Didorong rasa penasaran mengenai berapa suhu atau temperatur di dalam kabin, maka saya iseng meletakkan pajangan lemari yang terdapat pengukur suhu atau “termometer”-nya ke dalam mobil.
Waktu itu, kami pergi ber-silaturahmi ke rumah bang Sofyan dan kak Winda di daerah Jati Asih. Acara arisan keluarga, sekaligus sukuran atas selesainya renovasi rumah mereka.

Sementara saya dan keluarga “parkir” untuk makan siang di dalam rumah, Marzo parkir untuk “makan angin” di tempat terbuka.

Sekali sempat saya periksa. Pengen tahu.
Masya Allah. .. suhunya 46 derajat celcius…
Padahal kaca sudah dibuka dan ber-celah sedikit.
Pantes saja, kalo jalan siang, AC kayak gak nampol sama sekali.

Pajangan tersebut pun tetap nginap di dalam mobil. Nggak saya kembalikan lagi ke lemari.

Sampai sekitar 2 minggu kemudian, saat mau jalan pagi (tapi kesiangan), saya mendapati alat pengukur suhu pada pajangan tersebut sudah ERROR!



Sepertinya suhu kabin sempat nembus di atas 50 derajat, dan itu membuat si air raksa “bingung” cari jalan keluar.


Sayang betul…
Sudah coba saya pancing, dengan cara didekatkan ke mesin mobil yang panas dan hidup, dengan harapan si garis merah-nya menyatu.
Memang sih sempat menyatu, tapi setelah dingin, kembali lagi ke keadaan error ini.

Inilah akibat menempatkan sesuatu atau barang tidak pada tempat semestinya, dan tidak sesuai peruntukkannya.
Termometer buat pajangan dan -mungkin- hanya untuk mengukur suhu ruangan, kok malah ditaruh di mobil….makanya jebol … hehe..


////

Sunday, November 30, 2014

Tentang Door Trim

Sudah cukup lama saya gregetan dengan door trim, atau panel pintu sisi dalam, sebelah kiri belakang-nya Marzo. Alasannya, masalah estetika. Nggak enak dilihat mata.
Pengen saya lepas untuk sekedar diperiksa, tapi kok ya malas terus ya…



Kesempatan itu muncul juga ketika saya harus memeriksa kondisi central lock pertengahan tahun ini. Mau nggak mau mesti ngebuka panel.

Haduuuh… keadaannya sudah kayak begini nih… mengenaskan…



Sudah lapuk termakan air di sepertiga bagian bawah, atau seluruh area yang di-plastik-i warna hitam.

Sempat terlintas di pikiran untuk mengganti bagian dalam atau bagian pengisinya saja dengan bahan yang keras atau kira-kira sepadan. Tapi setelah melihat bahan pembungkusnya ter-laminating di sepanjang sisinya, saya jadi mikir-mikir lagi. Kayaknya bakal susah nih ngebalikin seperti keadaan asalnya, terutama dari segi kerapihan.

Jadi memang harus ganti.
Tapi, doortrim baru masih ada yang jual gak ya? Tanda tanya….
Saya gak yakin kalo masih ada yang jual baru.
Karena berasumsi begitu, satu-satunya solusi adalah hunting barang seken.
Harapan sempat ada, ketika abis lebaran lalu, si ‘ucing garong’-nya kang Ucup resmi dinyatakan pemiliknya akan dipretelin, pasca peristiwa tabrakan akhir tahun lalu.
Saya japri untuk menanyakan, tapi terlambat. Ucing Garong ternyata sudah berpindah tangan.

Waktu pun berlalu…. sampai di suatu ketika, di pertengahan Oktober.
Iseng-iseng saya tanya ke Fajar, fiat-er asal Tangsel. Barangkali dia punya info seputar barang yang saya cari ini.
Eh, nggak beberapa lama, ada kabar gembira dari Fajar.


Wow…..  sikaaaaat……..
Terima kasih banyak, Fajar.   J

Gak mau nunggu lama, langsung besoknya saya datangi walau agak ragu. Hari Sabtu, RM biasanya tutup. Karena pernah baca pengumuman kalo RM sekarang buka Sabtu, maka saya meluncur ke sana juga. Ternyata…. memang tutup… hehe….
Tapi ada gunanya juga. Karena saya belum pernah ke sana sebelumnya, maka setidaknya sekarang jadi tahu posisi RM ada di mana.

Senin, saya telpon mas Eko untuk booking barang-nya.
Saya rencanakan, hari Jum’at akan saya ambil.

Abis Jum’atan, saya pun meluncur lagi ke RM di bilangan Sawah Besar.
Sempat mikir sebelum jalan, kali ini mau naik apa ke sana. Membayangkan lebar & panjangnya door trim, kayaknya bakal repot kalo dibawa pakai motor. Mau aman memang mesti naik mobil, tapi mikir macetnya sudah bikin malas duluan.
Jadi, naik motor saja. Urusan cara bawanya bagaimana, lihat nanti saja.

Sesampai di RM, dan ketemu dengan mas Eko, langsung saya bayar cash doortrim belakangnyaSaya ambil sekalian dua panel, kanan dan kiri, walau yang parah sebenarnya adalah yang sebelah kiri.
[Akhirnya, bisa ketemu juga dengan yang namanya 'mas Eko' ini. Selama ini, cuma tahu suaranya saja… hehe…]

Mas Eko pun punya solusi cara membawa doortrim tersebut. Tali pengikat sekalian di-setting seperti tali ransel.



Yaa… Alhamdulillah… dapat juga barang yang saya cari.

Mau dipasang kapan?
Nanti-nanti sajalah. Kalo ada waktu yang pas.  J


////

Seputar Bensin (2)

Harga BBM, alias Bahan Bakar Marzo,  turun !

Alhamdulillah….


Mumpung harga lagi turun, Marzo pun mencicipi Pertamax dengan harga baru tersebut seminggu yang lalu, saat ada kesempatan keluar. Padahal bensin masih ada sekitar tiga per-empat tangki.

Harga bensin oktan 92 memang naik turun. Ber-‘fluktuasi’ istilah kerennya. Konon ngikutin harga minyak dunia.  [Hmm… si ‘minyak dunia’ ini kalo bikin akun, follower-nya banyak kali ya…]

Harga Pertamax yang terakhir ini cukup bikin heboh juga. Jadi pemberitaan di berbagai media pada akhir minggu lalu. 
Salah satu faktornya, mungkin karena turun mendaratnya di angka 9. Sesuatu yang jarang terjadi. Selama ini harga bensin oktan 92 memang muter-muter di kisaran angka sepuluh ribu atau sebelas ribu-an.
Kalo lihat catatan di sekuel pertama, terakhir saya beli dengan harga 9-ribuan adalah awal tahun ini. Persisnya 9170 rupiah per-liter.

Cuman, menurut saya, harga sebesar Rp.9950 itu agak-agak “menipu “ ya…
Modusnya mirip-mirip harga barang yang di-labeli nilai sebesar Rp.9999.
Terkesan harganya 9 ribuan, padahal harganya 10 ribu kurang dikit.  Hehe….

Tapi gapapa-lah.
Penurunan harga sekecil apapun tetap harus disukuri.
Semoga saja, harga bensin oktan 92 turun terus, bahkan kalo perlu sampai di bawah harga bensin Premium….  :)


////

Monday, November 24, 2014

Tentang Spoiler (2)

“Masak sih, dari Itali?”


Waktu nge-pas-in lampu rem tambahan untuk dipasang di spoiler, saya baru ‘ngeh’ kalo ada cetakan tulisan di balik spoiler. 




Saya agak-agak sangsi… apa benar ‘made in Italy’ ?
Walau spoiler ini sepertinya bukan keluaran resmi dari pabrikan, tapi kalo dibuatnya di Itali sana, ya sah-sah saja sih. Nggak ada yang melarang… hehe…

Pertanyaan tadi akhirnya agak sedikit terjawab belum lama ini.


Iya.. ya…
Kayaknya beneran dari sono… hehe…



////

Monday, November 3, 2014

Tentang Bemper dan Pelindung Ban

Bermula dari email pak Hari Noegroho sekitar akhir Agustus lalu, di mana beliau menanyakan apakah saya berminat menyimpan bemper belakang dan cover debu kiri depan.
Tawaran ini langsung saja saya ”iya”-kan.
Saya pikir, mending saya bawa ke tempat saya, daripada di rumah pak Harinoeg gak ada yang ngurus karena Merah-nya sudah berpindah tangan.

Awalnya sempat bingung dengan yang dimaksud ‘cover debu’ itu.
Karena di-embel-embeli dua kata berikutnya yaitu “kiri depan”, saya jadi mengira-ngira kalo pelindung ban di spakbor-lah yang dimaksud. Dan ternyata benar.
Kalo di katalog e-PER, istilahnya adalah “Wheel Protection Panel”.



Demikianlah.
Sesuai hari, tanggal dan waktu yang disepakati sebelumnya (kata 'waktu' sengaja dicoret, karena saya datangnya kesiangan … hehe…), maka sekitar satu setengah bulan yang lalu atau tepatnya Sabtu 13 September, saya sempatkan pergi ke rumah pak Hari di kawasan Pondok Indah.
Sayangnya saat itu nggak bisa ketemu langsung, karena sehari sebelumnya beliau mengabarkan kalo mendadak harus ke luar kota untuk urusan keluarga.

Ketika mau berangkat dari rumah, sempat mikir-mikir. Bemper yang mau diangkut panjangnya selebar mobil. Wah... bakal ada acara ngelipat-lipat bangku nih….

Setelah bertemu dengan anaknya pak Harinoeg yang sudah dititipi pesan bahwa saya akan datang, maka bemper dan pelindung ban resmi saya muat ke bagasi Marzo.

Terima kasih pak Hari. Semoga kedua barang ini bisa bermanfaat.



Sesampai di rumah, saya periksa dua benda ini sebelum dipinggirkan ke gudang.





Si bemper sudah pernah di-cat. Beberapa bagian ada yang sudah ngelotok lapisan cat-nya.



  
Si pelindung ban, masih apik.
Saya sedikit naksir mau menukar dengan yang saat ini terpasang di Marzo.





////

Monday, October 20, 2014

Masalah As Setir

Pemasangan master kopling atas yang lalu ternyata menyisakan sebuah kegetiran….

Hmm…. 
Kayaknya ada yang salah dengan kalimat barusan….  
Coba saya ganti sedikit….


Pemasangan master kopling atas yang lalu ternyata menyisakan sebuah masalah baru. [Nah, kan!]

Setelah beres-beres dan as setir sudah dipasang di tempatnya lagi, saya baru 'ngeh' kalo ada celah antara penutup leher setir bagian atas dengan dashboard.
Apakah memang seperti itu?
Wah…saya lupa memperhatikan kondisi awal sebelum dicopot.





Setelah dilakukan penyidikan, kalo melihat dari jejak-jejak bekas 4 mur mounting as setir, sepertinya memang posisinya sudah bergeser dari tempat lamanya, lebih kurang 1 sentimeter. Artinya, setir kedorong ke depan, ke arah pengemudi, sejauh angka itu.
Lubang baut berbentuk oval pada mounting, sebenarnya memungkinkan untuk bisa digeser. Tapi yang ada ini sudah mentok, nggak bisa di-adjust lagi.
Beberapa kali saya bongkar-pasang, tetap nggak ada pengaruh apa-apa. Kayak sudah 'skak mat'.

Ketika saya tanya, pak ABS membenarkan bahwa itu seharusnya nggak ada celah, alias rapat ke dashboard.

Saya jadi punya teori sotoy.

Beban dari roda saat dalam keadaan diam atau statis, menimbulkan gaya dorong terhadap setir. Gaya ini mengalir melalui tie rod, rack steer, lalu naik ke setir.
Saat as setir di-lepas, gaya ini pun ikut "lepas".
Sehingga saat mounting bracket setir dipasang lagi, sudah terjadi displacement atau pergeseran. [Bahasa anak teknik banget nih….]

Kalo benar begitu, maka solusi sotoy-nya adalah buhul pertemuan as setir dengan rack steer mesti dikendurkan dulu (atau malah dilepas sekalian).
Setelah as setir disetel dan dipasang di posisi yang diinginkan, buhul dipasang lagi.
Saat ini dikerjakan, mobil sebaiknya dalam keadaan terangkat atau melayang.

Tapi…. 
Apa iya begitu ya?
Saya yang ber-teori, tapi saya juga yang ragu… hehe…

Jadi, kapan ini mau diperbaiki?
Sejak masalah ini ketahuan di minggu ketiga agustus, sampai tulisan ini dibuat di minggu ketiga oktober, belum juga saya kerjakan.
Nanti-nanti sajalah. Kalau ada waktu yang pas.


////

Monday, September 15, 2014

Seputar Bensin

“Kenapa? Kok ketawa…?”, tanya saya.
“Nggak apa-apa, pak…”, jawab si petugas pom bensin.

***

Para pelaku bisnis di pom bensin, khususnya para pembeli bensin, mungkin punya banyak cerita seputar aktifitas yang pernah mereka lakukan di sana.
Belum lama ini malah, lantaran bermula dari peristiwa di pom bensin jua-lah seorang warga negara bisa terkena kasus pidana, akibat tidak bisanya menjaga (tu)lisan di sosmed.

Tapi tenang saja….
Penggalan percakapan di atas tadi gak ada unsur-unsur ke arah pertikaian kok

Itu terjadi pada dua hari Sabtu lalu ketika saya mau mengisi bensin.
Saat itu, setelah saya memberi instruksi minta di-isikan Pertamax, saya melihat secara sekilas si petugas tertawa kecil dengan temannya yang berada di jalur pengisian sebelah.
“Kenapa? Kok ketawa…?”, tanya saya. Menyelidik.
“Nggak apa-apa, pak…. Kok kebalik…. Yang itu malah minta di-isikan Premium…”, sambil mengarahkan muka ke sebuah mobil di jalur sebelah. Sebuah mobil anyar, yang harganya ber-lipat-lipat kali dari nilai maharnya Marzo.
“Ooo…. ”, saya jadi maklum.
“Saya sayang sama mesin mobil saya…”, saya berikan komentar pendek.

Yups. Sudah hampir setahun belakangan ini, saya memberi Marzo dengan bensin oktan 92.
Di-isikan ‘Pertamax’ di pom bensin Pertamina, kalo kebetulan baru keluar rumah.
Di-isikan ‘Super’ di pom bensin Shell, kalo kebetulan pengen ngisi angin ban gratisan. Hehe..
Atau, ‘Performace’ di pom bensin Total di dekat rumah, kalo kebetulan bensin lagi tiris dalam perjalanan pulang menuju rumah. (Untuk keadaan darurat saja. Karena harga di Total selalu lebih mahal sekitar 500 sampai 900 rupiah dari harga Pertamax dan Super-nya Shell).


Patuh dengan himbauan pemerintah yang bilang Premium hanya untuk golongan tidak mampu?
Ah, nggak juga. Jargon tersebut kurang pas, menurut saya. Definisi ukuran 'mampu' itu kan relatif.

Kebiasaan “ber-oktan 92 ria” ini mulai terjadi sejak kasus boros minum-nya Marzo sekitar pertengahan tahun lalu.
Hasil diskusi dengan pak Asep yang membantu saya mencari solusi pada waktu itu, kemungkinan karena EF terlalu dini berputar ketika masih di suhu bawah, sehingga mesin selalu over cooling. Lalu soal faktor bensin yang terbakar sebelum waktunya juga salah satu topik yang kami bincangkan waktu itu.

Masalah EF beres dengan mengganti Thermoswitch di EF dan sensor suhu di mesin.
Soal bensin, setelah cari-cari tahu, akhirnya saya putuskan untuk “naik kelas”, mencoba memakai bensin ber-oktan 92.
Saya jadi ingat juga, pak Bambang, pemilik sebelumnya, pernah berkata kalau Marzo selalu diisi Pertamax.

Awalnya, untuk beberapa lama, masih oplosan dengan Premium.
Baru pas persis sejak Oktober tahun lalu, saya isikan bensin oktan 92 secara kontinu.


Setelah naik kelas oktan, pemakaian bensin masih boros gak?
Masih belum memuaskan, jujur saja. Tapi saya masih bisa men-tolerir, karena masih ada faktor penyebab lain yang belum dibereskan, misalnya kaki-kaki.
Feeling saya, sepertinya pemakaian bensin Marzo bisa optimum dan lebih irit kalo memakai campuran Pertamax dengan Premium. Namun untuk mendapat rasio perbandingannya yang pas akan butuh waktu untuk 'try & error' lagi. Sayangnya, saya belum ada 'mood' untuk hal ini dan untuk saat ini.

Sebagai penutup, ada alasan lain yang bikin saya agak segan memakai Premium ke depannya nanti. Yaitu, saya malas mengurus dan mendaftar RFID… hehe….



////

Wednesday, September 10, 2014

Mempersoalkan Goresan

Kalo ada yang bilang bahwa susah menghindari gores di Jakarta, saya setuju banget dengan pendapat ini.
Memang susah menjaga bodi mobil tetap mulus di sini, terutama untuk mobil yang “terpaksa” parkir di jalanan umum.
Marzo yang dulu kinyis-kinyis (pinjem istilahnya Arfan, juragan Fiatretroplis), sekarang kondisinya sudah banyak gores.

Saya cukup paham sejarah beberapa goresan yang tidak diharapkan ini.
Ingin dilupakan saja, tapi selalu ingat lagi kalo kelihatan di mata.

Misalnya, goresan di bokong kiri belakang yang terjadi di sekitar bulan Oktober dua tahun yang lalu.
Ini akibat benturan dengan motor ketika saya mau memutar balik di putaran “tak resmi” di depan sisi barat TMP Kalibata.
Ketika mau ancang-ancang berputar, Marzo sedikit mundur ke belakang. 
Klonteng!
Waduh! Rupanya ada motor di belakang.
Saat saya masih sibuk memutar setir mobil, motor itupun pergi begitu saja. Gelapnya area sekitar, karena sudah malam, nggak memungkinkan saya mengenali motor yang mana dari beberapa motor yang ikutan memutar yang barusan men-“colek”.
Dari suara benturan, saya cukup ‘ngeh’ atas apa yang telah terjadi. Sesampai di rumah dan di-inspeksi, didapati sebuah goresan di atas emblem tulisan 'FIAT'. 


Salah siapa? Kalo saja saat itu Marzo gak mundur sedikit, apakah benturan bisa tidak terjadi? Nggak tahu deh. Saya nggak mau ber-andai-andai.

Misal yang lain, berupa goresan-goresan berbentuk kurva di kap mobil.
Ini terjadi setelah saya memarkirkan Marzo persis di jalanan umum di depan rumah, sekitar bulan November tahun lalu.
Ya, di depan rumah sendiri “kejahatan” (dalam tanda kutip) seperti itu bisa terjadi.
Saat itu, selama seminggu-an lebih dikit, karena ada tukang bor pompa air kerja di halaman, Marzo saya “ungsikan” ke jalan di depan rumah setiap paginya. Setelah ditinggal kerja seharian, malamnya saya bawa masuk kembali. Rutinitas dadakan itu aman-aman saja sampai di satu hari di hari-hari terakhir pekerjaan penge-bor-an.
Saya ingat hujan turun deras di hari itu. Malam saya bawa masuk. Besok paginya, ketika mau me-lap Marzo dari basah air hujan, saya dapati kap mesin sudah terdapat goresan. Goresan halus, tapi cukup banyak, dan cukup membuat saya geram.
Beberapa hari berlalu, ketika kegeraman mulai berkurang (tapi belum menghilang), saya mulai paham atau setidaknya mencoba memahami atas apa yang mungkin telah terjadi. Jadi dugaan saya, goresan yang kemarin itu adalah ulah anak-anak gang sebelah yang sedang bermain hujan. Ketika mereka mendapati di atas kap Marzo banyak air, reflek naluri bermainnya anak-anak keluar yaitu mengusap-usap kap mobil dengan… dengan apa ya?
Tangan? Mosok tangan menimbulkan gores… Tangannya kotor? Bisa jadi.
Kain? Saya duga begitu. Mungkin mereka pakai kain asal seketemunya. Atau, mungkin juga mereka pakai baju mereka sendiri.
Jadi, dengan kondisi kap yang sebelumnya kering berdebu, lalu terkena air hujan, kemudian diusap-usap secara berulang-ulang dengan gerakan tangan seperti gerakan wiper, dengan kain yang mungkin saja itu kain kotor, maka klop deh. Hasilnya adalah gores-goresan kurva hampir setengah lingkaran.

Apakah saya pernah menemui kasus yang mengandung unsur kesengajaan?
Sejauh ini, saya memang mendapati beberapa goresan yang mengarah ke sana.
Tapi seperti yang sudah saya tulis di bagian atas, bahwa hal-hal begini sebaiknya dilupakan saja.
Apalagi  selama saya nilai goresnya masih halus.
Pikir saya, toh setelah di-poles bodi (nggak tahu mau kapan) mungkin goresan-goresan itu masih bisa hilang. Harapan saya sih begitu.

Lalu, bagaimana dengan yang baru Ahad kemarin terjadi ini?



…..............…   !!!  *


(*  Sebagai catatan, tulisan ini telah mengalami editan berulang kali ketika masih dalam bentuk draft. Saya sadar sepenuhnya bahwa sebaiknya hindari menulis ketika dalam keadaan marah. Maaf.).


////

Sunday, August 24, 2014

Pasang Master Kopling Atas

Minggu lalu. Tujuh belasan.
Ngelanjutin pekerjaan Sabtu sebelumnya.
Walau dari setengah delapan pagi sudah nongkrong, tapi kondisinya agak lebih santai.



Wadah cairan kopling dibersihkan biar kinclong.
Pelat breket-nya di-pilox seperlunya, sekedar menutup korosi.



Si ‘meriam tank’, sesuai rencana, dipindah tugaskan ke master kopling yang baru.



Lalu untuk lebih meyakinkan, aktifitas kemarin sore saya ulangi lagi.
Wadah cairan kopling saya isi sedikit, lalu ditiup. Di Ujung yang lain, sudah saya siapkan penadahnya. Cairan kopling yang keluar masih agak kotor.

Okeh. Pemanasan setengah jam cukup.
Jam 8 saya mulai.

Melanjutkan poin-poin Haynes. Masih di halaman 13-93.
Langsung lompat ke poin 19.
Poin 14 sampai 18 adalah untuk bongkar master. Kapan-kapan saja dibahas, setelah repair kit-nya sudah tersedia.

#19 - If the intake pipe connector was removed, this must be refitted using a new seal.

Kalo saya gak salah tangkap, ‘pipe connector’ yang dimaksud adalah yang saya istilahkan dengan ‘meriam tank’ tadi. CMIIW.
Haynes nyuruh ganti pakai karet sil yang baru. Gimana ya? Ah, gapapalah…

#20 - Refit the cylinder in the reverse order of removal. Connect and hand tighten the hydraulic pipe to the operating cylinder before fully tightening the cylinder securing nuts. The hydraulic pipe can then be fully tightened.
#21 - Reconnect the fluid supply hose to the cylinder and tighten the retaining clip to secure. Release the clamp.

Yaaa… intinya sih, kebalikan dari langkah-langkah waktu ngebongkar kemarinnya.

Si master ambil posisi dulu.


Dua mur pemegang master dipasang. Pipa hidrolik dipasang. Selang pipa dipasang.
Pipa hidrolik dikencangkan. Dua mur master dikencangkan. Beres.

Terakhir, pin rod clevis dipasang.
Sesuai mau saya sebelumnya, pengunci pin saya posisikan di sisi kiri yang bebas.
Tapi… saya ada salah sebenarnya.
Pin harusnya sudah dimasukkan ke lubang rod clevis sebelumnya.
Gak masalah sih. Tetap bisa terpasang, cuman agak kurang efisien.

Setelah pin berada di posisi, selanjutnya penjepit pin yang dipasang.
Ini agak makan waktu juga ternyata.
Setelah sisi pelat penjepit berbentuk ‘U’ masuk terselip ke drat pin, maka sisi pelat yang sebelahnya mesti digetok, supaya pin masuk, terjepit dan terkunci. Teorinya sih begitu. Realisasinya, nge-getoknya ternyata susah juga.

Agak lama, tapi selesai juga. Alhamdulillah….
Setelah coba pakai beberapa alat buat nge-getok, terakhir pakai gagang palu.

Senang sekali melihat master kopling atas sudah terpasang.


#22 - Top up the clutch fluid level in the reservoir then bleed the system as described later in this Section.

Bleeding-nya gimana? Mau sekalian?
Hmm.... pending dulu-lah. Untuk pekerjaan ini saya butuh asisten.

Selanjutnya, semua dikembalikan seperti semula.
As stir dikembalikan ke posisinya. Kabel-kabel dihubungkan kembali. Speedo meter dipasang.
Panel di bawah setir, setelah setahun mojok di dapur, kembali ke tempatnya semula. Ber-reuni dengan teman-temannya, yaitu tiga pedal.



***
Malamnya.
"Sudah selesai, bi?"
Jempol tangan kanan saya terangkat.

I love it when a plan comes together.


////

Wednesday, August 20, 2014

Bongkar Master Kopling Atas

Sabtu pagi yang lalu,
“Hari ini ke taman tebet yang itu yuk?”. “Yaaah… saya mau nge-bengkel, mi…..”.
….. 
“Katanya mau ke bengkel, kok belum berangkat?”. “Itu… bengkelnya di depan”, sambil nunjuk ke arah depan atau halaman rumah.

***

Saatnya pun tiba, untuk menyelesaikan urusan master kopling atas yang sudah tertunda ber-bulan-bulan. Mumpung jadwal keluar lagi kosong.
Sekalipun ada jadwal dadakan, seperti narasi di atas, dengan rasa menyesal saya reject. Hehe….

Sebelumnya, beberapa persiapan sudah dilakukan.
Saat kegiatan pekerjaan pasca Lebaran belum sibuk dan padat, saya sempatkan sesekali browsing sana sini, buat menambah wawasan seputar yang mau dikerjakan.
Haynes pun juga dibaca lebih detail.

Okeh.
Saya mulai. Kebetulan waktu menunjukkan pas di pukul 9 pagi.  Bismillah.

Saya coba kerjakan sesuai tahapan yang ada di Haynes, halaman 13-93, poin 9 sampai 13.



#9 - If the cylinder is to be dismantled, it will first be necessary to obtain a cylinder repair kit. Start by detaching and removing the trim panel from the underside of the facia on the driver’s side.

Katanya, kalo master koplingnya mau dibongkar, repair kit-nya mesti disiapin dulu.
Berhubung rencana awalnya memang mau pasang satu set master kopling yang baru, maka soal ini bisa dikesampingkan dulu.

Panel di bawah stir sudah saya lepas sejak tahun lalu untuk satu keperluan, tapi belum saya pasang lagi setelahnya. Kebetulan.  :)




#10 - Place a suitable covering over the floor carpet to prevent staining in the event of fluid spillage. Clamp the fluid supply hose at the master cylinder end, then unscrew the retaining clip and detach the hose from the cylinder. Position the hose out of the way and with its end pointing up.

Cuman naruh alas di atas karpet doang beres dah. Sengaja taruh kain warna terang, supaya bisa kelihatan kalo benar-benar ada tumpahan cairan, atau barangkali ada mur dan baut yang jatuh.

Kalo dipikir-pikir, urutan idealnya memang mesti dimulai dari selang master kopling.
Ada pertimbangan lain, maka saya dahulukan poin yang berikutnya.

#11 - Detach the operating rod clevis from the brake pedal.

Awalnya saya bingung, apa yang dimaksud dengan “operating rod clevis” ?
Setelah googling, ternyata….  oooo….  ini toh yang dimaksud…. 



Cukup familiar sebetulnya, tapi nggak tahu apa namanya. Di Indo, apa istilahnya ya?

Secara teori, melepas pin dari rod clevis ini mestinya mudah. Tinggal cabut kawat pengunci dari lubang yang ada di pin, sehingga pin bisa dilepas. Ini yang ada di benak saya sebelum eksekusi.

Faktanya? Masya Allah………
Hampir setengah jam lebih saya berkutat cuman untuk melepas si pin, tapi belum berhasil juga.
Sistem pengunci pin ternyata bukan seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Seperti apa? Nah itu dia, saat itu, saya juga masih belum tahu.
Area yang sempit nggak memungkinkan saya untuk bisa melihat dengan jelas pengunci pin tersebut. Ditambah, menurut saya, orang yang dulu pernah memasang master kopling ini agak keliru dengan menempatkan posisi pengunci pin di sisi dalam yang bersebelahan dengan tuas pedal rem. Lebih baik di sisi luar, yang lebih free, sehingga mudah untuk dilepas.

Walhasil, maksimal hanya bisa mereka-reka bentuknya sesuai hasil rabaan jari tangan.
Sepertinya cuma butuh dicungkil, dan sudah saya coba dengan obeng minus, belum berhasil juga.

Di milis, Makki pernah menulis; “Stelah hampir 1 jam berkutat dengan alat yang terbatas akhirnya nyerah bongkar, tangan aja sulit masuk untuk buka bautnya,….”. Idem dengan saya kalo gitu.
Akhirnya setelah dia panggil teman yang lebih mengerti, “……, dibuka speedometer dan lain2, cepat sekali tidak sampai 30 menit akhirnya master kopling atas bisa dikeluarkan, ….. “.

Saya coba melepas speedometer. Tapi nggak berpengaruh banyak untuk bisa melepas si rod clevis. Mungkin, upaya melepas speedometer ini baru berguna bila sudah sampai di tahap mencabut si master. Mungkin.

Jangan lupa, sebelum melepas speedometer, terminal negatif aki dilepas dulu. Biar aman.

Dan, satu setengah jam berlalu. Sudah mau jam setengah sebelas.
Kayaknya, nggak sekedar cuma melepas speedometer. Apakah harus melepas dashboard? Wow… jadi kemana-mana urusannya. Jadi ngeri sendiri. Haynes saja gak nyebut soal ngebongkar speedometer, apalagi dashboard.
Saatnya cari bantuan ke senior nih…. buat tanya tips-tips-nya.

Coba kontak pak Harinoeg, gak tersambung.
Selanjutnya kontak pak Yan Parulian. Eh, nyambung. Lagi-lagi saya "berhasil" merepoti pemilik 'Danga-danga'… hehehe….

Singkatnya, menurut beliau, gak perlu bongkar dashboard. Disarankan untuk melepas as setir dari dudukannya.  Ooo… I see. Langsung saya kerjakan.


Cover leher setir, dua tangkup atas bawah, dilepas dulu.



Sesuai gambaran pak Yan, bahwa ada 4 mur. Dilepas pakai kunci 10.

Jangan lupa, untuk melepas semua kabel, sebelum setir diturunkan.


Terima kasih banyak, pak Yan. Good advice!
Minggirnya as stir memang membuat ruang gerak jadi lebih luas.

Urusan ngelepas pin-nya rod clevis dilewatin dulu. Lanjut ke langkah berikutnya.

#12 - Unscrew and detach the hydraulic pipe to the operating cylinder from the master cylinder.

Melepas pipa hidrolik, yang bentuk pipa ujungnya menekuk 180 derajat, dari ujung si master.
Baru nyadar kalo saya nggak punya kunci pas 13. Kebanyakan kunci ring. Untung, masih ada kunci inggris milik bapak. Btw, kunci ini kayaknya hampir seumuran dengan saya…



#13 - Undo the two retaining nuts and withdraw  the master cylinder.

Melepas dua mur si master dari dudukannya.




Mur di posisi bawah, mudah. Kelihatan jelas.
Agak susah waktu melepas mur di posisi atas, karena ruangnya sempit. Pelan-pelan, beres juga. Tapi si master belum bisa dilepas. Masih ada yang nyangkut.

Balik lagi ke poin #10. Nge-beresin yang dilewatin tadi.

#10 - Place a suitable covering over the floor carpet to prevent staining in the event of fluid spillage. Clamp the fluid supply hose at the master cylinder end, then unscrew the retaining clip and detach the hose from the cylinder. Position the hose out of the way and with its end pointing up.

Instruksinya, disuruh menjepit selang, mungkin supaya cairan kopling gak langsung menyembur ketika kita mencabut selang dari master. Tapi karena cairan kopling di wadah sudah 99% kosong, nggak saya lakukan. Prediksi saya, paling cairan yang keluar nggak banyak.



Klip pengecang dikendurkan dulu. Setelah itu, ujung selang dicabut. Agak alot.
Sesuai dugaan, cairan kopling yang keluar tidak banyak, dan kotor sekali. 
Ujung selang, kalo kata Haynes, dihadapkan ke atas. Tapi untuk yang ini, nggak usahlah. Saya biarkan menjuntai saja.

Setelah selang tercabut, maka selesai sudah semua tahapan, kecuali melepas si rod clevis.
Lohor-an dulu, dan istirahat siang.

***

Sekitar jam setengah 2, misi dilanjutkan kembali, yaitu melepas pin rod clevis.

Setelah berkutat ber-puluh-puluh menit, dengan sesekali diselingi ngaso, si pin akhirnya bisa dilepas. Alhamdulillah.
Bagaimana bisa terlepas?  Yah pokoknya begitulah....
Nggak ada fotonya, karena semua tangan kepake. Satu tangan megang rod clevis, satu lagi megang obeng.

Okeh. Si master siap dilepas.

Tinggal ditarik, tapi kok susah ya…
Dugaan saya,mungkin terganjal karet ‘dust boot’-nya.
Karena posisinya ada dibalik, dengan meraba-raba, dust boot saya kendurkan.

Tarik. Tariiiiik. Tariiiiiiiiiiiiiiiiiik!
Dan si master pun lepasssssss… Alhamdulillah




Waktu menunjukkan lebih kurang pukul 14.30.

Berhitung. Mulai jam 9. Istirahat 11.30 sampai 13.30.
Total waktu pekerjaan = 2,5 jam + 1 jam = 3,5 jam.

Hah???  ‘Tiga setengah jam’ buat ngelepas master kopling atas doang?!
Wah, bisa diketawain oleh para fiater kawakan nih... hehehe....

Pasang master baru-nya besoknya saja lah ya…

Setelah Asar-an, kegiatan sore menjelang malam dimanfaatkan untuk sesi pemotretan hal-hal terkait. [Emang cuman model aja yang bisa dipotret? Hehe….]


Kayak gini nih, bentuk pin rod clevis dan penjepitnya.
Sistem penjepit kayak gini, sebenarnya cukup mudah membukanya dengan obeng minus. Tapi beberapa faktor kesulitan, diantaranya akibat ruang gerak yang sempit dan posisi pengunci pin di sisi yang salah (sesuai komen saya di atas tadi), bikin pekerjaan mudah jadi susah.




Ada robek di ujung dust boot. Dugaan saya, bukan ini penyebab bocornya master.
Robek tersebut mungkin terjadi baru hari ini, akibat “pemaksaan” yang saya perbuat seharian ini.



Master lama berdampingan dengan suksesor-nya.
Master baru nggak ada konektor selangnya, yang kayak "meriam tank". Nanti punya master lama saja dipindahtugaskan.


Master yang lama mereknya “Bendix”.
Kalo, master yang baru mereknya apa?  Hmm… gak jelas ya …

Setelah kegiatan pemotretan, masih ada waktu sebelum maghrib, dilanjutkan dengan kegiatan meniup selang cairan kopling. Tujuannya, mendorong cairan berikut kotorannya yang tersisa di selang untuk keluar.
Kalo punya kompresor enak kali ya...
Saya manfaatkan pompa ban saja, yang disambung dengan selang kecil.
Tiup dari ujung selang yang menjuntai tadi. Tiup juga dari lobang yang ada di wadah cairan kopling. Bergantian, dan dilakukan beberapa kali.
Nggak sempat saya foto.


***

Malamnya. Obrolan pengantar tidur….
“Kalo abi buka bengkel, pasti banyak pelanggan yang komplen ya, mi?”
“Ya iyalah… kerjanya lama banget…”
“Hehehe…..  “

Zzzzzzzz… zzzz…zzzz


////