Thursday, December 31, 2015

Seputar Angka Kilometer

Terkadang, saya mendapati beberapa tipe orang yang –sepertinya-  enggan diketahui berapa kilometer aktual yang sudah dijalani kendaraannya.
Hal ini bisa diketahui dari upayanya, entah itu baru sebatas niat dan ucapan atau malah sudah dilakukan, dengan merekayasa angka kilometer pada speedometer kendaraannya.

Ah… Sebenarnya saya nggak ada urusan dengan hal beginian. Masing-masing saja-lah.


Mumpung mau berganti tahun, saya coba rekam, berapa angka kilometer yang tertera pada speedometer.
Rencananya, akan dibandingkan pada akhir tahun depan. Insya Allah.
Nanti bisa ketahuan mengenai berapa jumlah kilometer yang telah ditempuh Marzo dalam setahun berjalan, yaitu di tahun 2016.



228518.

See.
Saya open saja soal angka kilometer. Ngapain mesti malu dan nutup-nutupi. Hehe…
Itupun sebenarnya masih bisa lebih lagi, karena kabel speedometer dulu sempat putus selama beberapa bulan.


Apakah normal untuk mobil usia 20 tahun-an? Relatif.

Kalo mereka-reka sejarahnya, mungkin bisa dibilang masih wajar.
Dari cerita yang pernah saya dengar dari pak Bambang (pemilik sebelumnya), daya jelajah Marzo memang cukup jauh. Mainnya bisa sampai ke daerah Jawa sono.
Ditambah, Marzo memang jadi kendaraan harian bagi bu Dewi (pemilik pertama, yang merupakan adik pak Bambang), pulang pergi Bekasi-Jakarta.
Masa mudanya Marzo dihabiskan untuk menggelinding ke sana-sini.
Cuma pemiliknya yang sekarang ini saja yang nggak pernah membawanya untuk jarak jauh. Hehehe…

Balik ke poin semula.
Waktu mengganti oli transmisi pada pertengahan tahun 2014, saya sempat mencatat angka 224938.

Jumlah kilometer selama satu setengah tahun, yaitu periode akhir Juni 2014 sampai akhir Desember 2015, bisa di-olah nih…

228518 -  224938 = 3580 km.
3580 km per 18 bulan = 198.9 km per-bulan  =  49.7 km per-minggu. Bulatkan menjadi 50 km per-minggu.

Dihitung dengan satuan ‘per-minggu’, karena kebanyakan keluar kandangnya cuma pas wik-en.
Berarti, rata-rata 25 kilometer sekali jalan.

25 kilometer, kayak jarak dari mana ke mana ya?

Setelah diukurin ke peta, ternyata…. lebih kurang itu adalah jarak dari rumah ke ge-de-se sektor melati….   Wow….

Masak sih? Bepergiannya kami selama satu setengah tahun terakhir, kalo di-rata-rata, identik dengan pergi ke depok setiap minggunya? 


////

Friday, November 13, 2015

Tentang Strut Bar

Strut bar, atau strut brace.

Dari beberapa kali membuka kap mesin di hadapan pemakai merek kendaraan lain, strut bar berwarna merah ke oranye-oranye-an (atau oranye ke-merah-merah-an?) menyala ini selalu menarik perhatian mereka.
Mereka rata-rata heran dan takjub, mobil sekecil Marzo kok dipasangi benda beginian, seperti mau balapan saja.


Varian-nya Marzo, maupun yang MK satu, aslinya memang nggak dipasang dari pabriknya. Entah, kalo yang varian Turbo.

Saya membelinya dari pak Yan, awal Oktober 2012. Inilah asal mula saya berkenalan dengan fiater senior nan kawakan itu.
Konon, beliau meniru atau menjiplak strut bar miliknya yang orisinil ber-merek, untuk kemudian di-produksi secara –cukup- massal. Ngakunya sih, sampai 50 biji.
Jadi nggak heran, kalo produksi pak Yan ini banyak dipakai teman-teman satu komunitas.
Julukannya adalah ‘SBY’. Mungkin itu akronim dari ‘Strutbar Yan’.

Sempat ditawarkan juga strut bar untuk sasis belakang, tetapi saya kurang tertarik.
Posisinya yang akan melintang di tengah-tengah kabin bagasi, membuat saya berpikir bahwa itu akan menyusahkan saya bila mau menaruh barang yang cukup besar di bagasi.

Testimoni para user hampir semuanya positif.
Dari pengalaman yang saya rasakan sendiri, pemakaian strut bar ini memang bikin mantap kendaraan. Terasa sekali perbedaannya dibanding ketika sebelum dipasang.
Salah satu contohnya, yang paling saya demen adalah ketika bermanuver pada jalan sedikit berliku di jalan Minangkabau dengan kecepatan cukup cepat (bukan tinggi), terasa lebih stabil.  J


////

Wednesday, November 11, 2015

Masalah Pegangan Pintu

Satu pagi di akhir bulan Oktober, sesaat setelah mencoba membuka pintu untuk masuk ke kabin pengemudi, saya termangu.



Sebegitu kuat-kah tarikan tangan saya sekarang? 
Bukan main.....

////

Monday, October 12, 2015

Ganti Selang Hawa Alternator


“Selang ini berfungsi sebagai penyalur udara ke alternator. Angin masuk dari mulut selang di atas, saat kendaraan jalan”.
Demikian penjelasan pak ABS waktu saya bertandang ke rumahnya setahun yang lalu.

***

Berawal dari pecahnya klem/clamp selang ke alternator satu setengah bulan yang lalu, maka dua minggu setelahnya, saya turunkan saja seluruh selangnya.

Bentuk fisiknya sungguh mengenaskan…..
Ketika coba untuk dibersihkan, eh, malah jadi putus.


Jadi ada alasan kuat untuk mencari gantinya. Hehe...

Okeh.
Obyek buruannya adalah selang fleksibel aluminium ber-diameter 4 cm (atau 1.5 inch), dengan panjang sekitar 60 cm-an.
Diameter selang agak lebih besar dikit, nggak apa-apalah.
Nilai 4 cm itu merupakan dimensi diameter mulut lubang di alternator.



Hasil blusukan di dunia maya: Nihil.
Kebanyakan yang ada di iklan lokal, adalah selang berdiameter 4 inch, atau 10 cm.

Sebelum melangkah ke upaya berikutnya, mencoba cari di dunia nyata, yaitu ke Atrium Senen, iseng-iseng saya bertanya ke mas Ano. Eh…. ternyata dia punya…. 



Langsung saja diproses, nggak pakai lama.

Setelah barang sampai di tangan, dilakukan pengamatan.
Diameter 4 cm. Panjang sebelum di-melar-kan 40 cm lebih sedikit.



Secara fisik, selang baru ini berbeda dengan yang lama.

Kalo diperhatikan benar-benar, pada selang lama terdapat satu selang lagi di dalamnya.

Selang terluar, aluminium berlapis karet. [Tadinya saya kira, selang menghitam karena saking kotornya. Setelah diamati, yang hitam itu adalah lapisan karet].
Di katalog ePER, selang ini dinamai sebagai “Rubber Tubes and Feeding Sleeve”. Berarti benar, selang ori ada unsur karetnya.

Selang di dalamnya; seperti berbahan kertas kardus. Mungkin ini semacam kain tahan api.




Klem bawah diganti dengan yang baru.
Saya tidak tahu bentuk fisik klem lama sebelum pecah seperti apa. Kalo dilihat dari sisa pecahannya, klem yang lama ini berbahan karet.




Pengait ujung mulut selang di atas, atau klem atas, tetap pakai yang orisinil.
Klem ini mestinya bisa dibuka dan membelah. Tapi penguncinya alot banget. Khawatir malah jadi rusak, maka saya nggak paksakan.
Karena klem tidak bisa dibuka, maka ujung selang baru nanti dimasukkan begitu saja, tidak terjepit, sehingga bisa berpotensi lepas sewaktu-waktu.



Saatnya memasang.

Ternyata…
Selang baru nggak bisa masuk ke ujung lubang di alternator. 
Berantem tuh, diameter 4 cm versus 4 cm.   J

Memang seharusnya pakai selang yang berdiameter lebih besar sedikit, seperti selang yang lama.
Sempat terpikir, mau ngikutin caranya pak ABS, yaitu ujung selang dibelah sedikit supaya selang bisa dimasukkan. Tapi, saya tetap berupaya untuk tidak “merusak” barang baru.

Solusinya, saya pakai potongan dari selang lama, berfungsi sebagai ‘shock’ penyambung.





Benda baru nan berkilau ini bikin manis penglihatan juga….   J
Alhamdulillah.



////

Wednesday, September 30, 2015

Ganti Mika Lampu Belakang

Posisi persisnya adalah lampu belakang kiri.

Mika yang lama sebetulnya sih masih bisa dipakai. Secara fungsional, masih oke.
Secara estetika, memang sedikit ada minusnya, yaitu ada tambalan lakban bening untuk menutup retak yang saya nggak tahu sejarahnya.



Lantaran ketahuan ada tambalan lakban itu-lah, om Chandra-nya bengkel empang dulu pernah menawarkan penggantinya. Entah yang ditawarkan itu barang baru atau seken, tapi yang jelas saat itu saya jawab, “nggak dulu, om”. Hehe…
Memang belum penting-penting amat untuk menggantinya. ‘Low priority’.

Lalu, awal tahun ini mas Ano ngiklanin mika lampu belakang sebelah kiri, dan sempat ditawarkan ke saya via japri. Lelang, tulisnya.
Saya amati dari fotonya, corak mikanya sama dengan yang terpasang di Marzo.
[Karena saya pernah melihat beberapa mika yang berbeda corak].


Eeeee…….  Abis lebaran, ternyata barangnya masih di-iklanin lagi.
Yo wis. Mika… kemari-lah …   J

Setelah barang sampai pada 10 Agustus lalu, langsung dicermati.
So far so good. Tidak ada perbedaan fisik dengan mika yang lama.


Kode-kode timbulnya juga sama, kecuali satu. A281 dengan T030.
Saya nggak ngerti, apa maksudnya.





Bagaimana cara melepasnya, bisa merujuk ke buku pedoman pemilik.


                                                    
Secara ringkas;  tahapan melepasnya:
1.    Kap bagasi dibuka, atau dalam keadaan terbuka.
2.    Buka terlebih dahulu jepitan bagian bawah. Ada satu ‘lidah’ penjepit di sisi bawah yang dilepas dengan cara diungkit sedikit dengan bantuan obeng.
[Diungkit seperlunya saja. Ngeri patah soalnya. Hehe…]


3.    Setelah jepitan bagian bawah lepas, dengan cara yang sama, buka dua penjepit di sisi atas.




Tahapan memasangnya:
4.    Masukkan sisi bawah secara perlahan, hingga sangkutan pada mika masuk ke lobang pada ‘lidah penjepit’, dan berbunyi ‘klik’.
[Awalnya saya sempat mengira, untuk memasang adalah kebalikan dari melepas, yaitu dimulai dari sisi atas. Tapi, ternyata saya salah. Harus dimulai juga dari sisi bawah.]



5.    Setelah itu, langkah yang sama dilakukan untuk sisi yang atas.




Begitu saja. Nggak susah-susah amat.   J

////

Tuesday, August 25, 2015

Pemilik Sejati

Saya mencoba mengingat.

Di satu malam, awal Maret 2012.
Dengan agak tersendat, saya melaporkan sebuah berita ke ayah saya, atau biasa sehari-hari saya panggil dengan kata ‘bapak’.

“Pak. Saya beli mobil.”
Alhamdulillah….”. 
Walau saya tidak melihat langsung wajah beliau karena rasa sungkan, saya tetap bisa menangkap rasa haru syukur dari nada suaranya.

Sebelum-sebelumnya, bapak memang beberapa kali membicarakan perihal kendaraan roda empat. Tujuannya sih jelas, beliau pengen saya sudah memikirkan kebutuhan soal itu.
Dari semula cuek, lama-lama saya memikirkannya juga.
Setelah menimbang-nimbang dan memikirkan sekian banyak manfaatnya, kemudian saya memutuskan mencari, dan pada akhirnya pilihan jatuh pada Marzo.

“Apa, lik?”
“Fiat, pak. Fiat Uno.” 
Lalu, beberapa nasehat keluar dari mulut beliau.

“Dulu yang bapak punya, Fiat 125, ya?”, beliau mengingat-ingat.
“Bukan, pak. Punya bapak dulu, 124”.

Ketika saya memilih Fiat, salah satu pertimbangannya karena ada unsur kenangannya.
Pengen ikut-ikut bapak, memiliki Fiat sebagai mobil pertama.
Bahkan ketika proses balik nama surat-surat kendaraan, sempat saya upayakan untuk mengganti nomor polisinya dengan memakai nopol Fiat 124 hijau kami dulu, B2603MM. Tapi, upaya ini tidak berjalan sesuai keinginan.


***
Saya masih teringat.

Satu sore, pada masa-masa awal baru mempunyai, power window Marzo bermasalah. Pas dompet lagi tipis-tipisnya.
Ketika saya sedang membongkarnya sendirian, dengan jalan yang tertatih pelan-pelan dengan bantuan tongkat, bapak mendekat. Duduk di bangku teras, mengamati kegiatan saya.
Dengan singkat saya jelaskan, apa permasalahannya.
Saya pikir, bapak bisa menangkap ketidakberdayaan saya waktu itu.
Sampai akhirnya saya menyerah, dan kemudian meminjam sejumlah uang kepada beliau untuk biaya perbaikan di bengkel.

Berbulan-bulan kemudian, saya menghadap bapak, menyampaikan ke-belum bisa-an saya  mengembalikan dana yang dulu pernah saya pinjam.
Bagi yang sudah mengenal betul siapa dan bagaimana baiknya bapak saya, ‘ending story’ bagian ini sebenarnya bisa dikira-kira. Bahkan bisa ditebak jauh sejak awal cerita.

Maka, tidak perlu-lah saya ceritakan secara detail bagaimana tanggapan bapak, selain rasa haru saya yang timbul pada saat itu.

Pada setiap kegiatan ngoprek yang saya lakukan berikutnya, saya selalu merasa bapak mengawasi, sekalipun dari jauh.

Bapak memang selalu ada dan siap untuk membantu anak-anaknya.
Fitrah-nya orang tua memang begitu. Di manapun. Kapan pun.


***
Saya juga masih teringat.

Jum’at, 14 Maret 2014, bapak jatuh sakit.
Setelah sempat di-opname, beliau diharuskan tetap kontrol jalan ke rumah sakit.

Sepanjang ingatan saya, pada setiap jatuh jadwalnya, alhamdulillah, Marzo selalu tetap bisa diandalkan, mengantarkan kami pergi ke rumah sakit, dan membawa pulang kembali ke rumah.

Rutinitas kontrol ini berjalan selama beberapa bulan.
Dari seminggu sekali, lalu dua minggu sekali, kemudian sebulan sekali. Sampai kemudian, bapak berobat herbal saja di rumah.

Jum’at, 24 Oktober 2014, adalah hari terakhir bapak kontrol ke rumah sakit dengan mengendarai Marzo.


***
Saya akan selalu mengingat.

Jum’at lalu, 21 Agustus 2015, rencananya Marzo akan kembali menjalankan tugasnya, mengantar pergi-pulang pemilik sejatinya. Saya? Bukan.

Karena, “harta anak adalah harta orang tuanya juga”, maka bapak-lah si pemilik sejati Marzo.

Qodarullah.
Beberapa jam sebelum itu, Jum’at jam tiga dini hari, Allah azza wa jalla, pemilik sejati seluruh alam semesta beserta isinya, lebih dulu memanggil pulang bapak.

Allahummaghfir lahu warhamhu, wa ‘aafihi wa’fu ‘anhu.


////

Monday, August 10, 2015

Seputar Kegiatan Keluarga

Dua tahun-an yang lalu, anak kedua saya didaftarkan oleh sekolah TK-nya untuk mengikuti sebuah lomba menggambar dan mewarnai di Ragunan.
Salah satu dari orangtuanya juga diikutsertakan, karena ini adalah lomba anak bersama orang tuanya.

Saya pikir, ada yang kurang jelas pada lomba ini, yaitu batasan orang tua bekerjasama dengan sang anak itu sampai mana?
Karena nggak ada info yang jelas, maka saya buat batasan sendiri saja.
Saya yang menggambar, anak saya yang mewarnai. Bagi-bagi tugas.

Menjelang hari H, beberapa persiapan dilakukan.
Gambarnya apa dan warnanya bagaimana, dilatih dan dirundingkan lebih dulu bersama-sama di rumah.
Berasa kagok juga, karena sudah berpuluh-puluh tahun saya nggak membuat gambar dengan level anak TK/SD… hehe…


9 Maret 2013.
Langit agak mendung.
Kami sudah mengambil posisi di arena lomba. Lesehan, di alam terbuka.

Lomba dimulai. 
Saya mulai menggambar. Nggak berapa lama, setelah gambar selesai, maka giliran anak saya yang mewarnai. Sesekali saya membantu mewarnai.
Semua masih berjalan sesuai rencana, sampai tiba-tiba hujan gerimis turun.
Bubarrrrrrrrrr……….  Semua peserta lomba kocar-kacir mencari tempat berteduh.

Di “tempat pengungsian”, gambar tersebut diteruskan untuk diwarnai oleh anak saya, dibantu kakak dan ibunya.
Saya? Berhubung tempat pengungsiannya sempit, saya memantau saja dari kejauhan, sambil payungan. Hehe…

Dikeroyok ber-tiga, gambar pun lebih cepat selesai, dan dikumpulkan.
Menang? Sayangnya, nggak…..
Dapat peringkat pun nggak juga….  L
Padahal, menurut ukuran saya, hasil pekerjaan kami lebih bagus dibanding peserta yang lain.

Yo wis, nggak apa-apalah.
Walau nggak dapat peringkat, saya dapat beberapa pelajaran berharga dari momen ini.

Ngomong-ngomong, apa sih yang digambar dan diwarnai?

Yaaaah.. nggak jauh-jauh deh obyeknya ….  J


Ini adalah gambar hasil latihan.
Gambar saat lomba, yang nggak sempat difoto, lebih bagus lagi.  J

////

Monday, August 3, 2015

Menyemir Ban

Beberapa hari lalu, lantaran beli sampo mobil berhadiah gratis satu sachet kecil semir ban, mendadak saya jadi ingat sesuatu.
Dulu, waktu beli 2 ban baru Achilles dari seorang kaskuser, saya dihadiahi satu kemasan semir ban oleh si agan itu.
Setelah sebentar saya cari-cari, ketemu juga.


Hmm…. Menyemir ban ya? Boleh juga nih….
Sejak empat ban yang dipakai Marzo sekarang dibeli dalam keadaan baru, memang belum pernah disentuh semir.
Toh, cara kerjanya, nggak susah-susah amat. Tinggal ikuti saja petunjuk atau cara pakai yang tertulis di kemasan semir tersebut.

Kemarin sabtu siang menjelang sore, kegiatan menyemir ban ini dikerjakan.


Ban dibersihkan dulu.



Setelah kering, semir di-oles-oles-kan ke ban.
[Berhubung kuas yang ada sudah nggak bagus untuk dipakai, sikat gigi bekas-pun jadi. Hehe…]


Lumayan-lah. Ban jadi kinclong. J
[Saya lupa nih. Sebelum disemir, ban harusnya di-foto dulu. Biar ada perbandingan ‘before-after’].



Malamnya, di bawah temaram lampu teras, baru ketahuan….
Bemper depan dan belakang, yang masih berwarna plastik orisinal, jadi kebanting warna hitamnya.  Haduuuuh… *tepok jidat


////

Thursday, July 30, 2015

Tentang Tali Pengikat Dongkrak

Waktu pertama kali melihat ‘Spare Wheel Arrangement’-nya ePER dulu, selain pengunci ban cadangan, masih ada satu obyek lain yang menarik perhatian saya.
Benda seperti seutas tali, dinamai sebagai ‘Securing Strap’.
Untuk apa ya? Apa yang di-secure?
Tebak-tebakan saja. Sepertinya, ini semacam tali pengaman atau tali pengikat, yang mempertahankan dongkrak supaya diam di tempatnya.

 

Coba googling dengan kata kunci ID parts-nya, 7755962.
Ada yang nyangkut, berikut penampakannya. Tali karet dengan sepasang pengait ujungnya.



Lamaaaaaaaaa kemudian, saya jadi teringat dengan seutas tali karet di kotak peralatan.

Dulu, pada awalnya, saya mengira ini cuma tali karet biasa, yang umumnya dipakai untuk menjepit benda di jok motor.
Setelah diamati, waah….ternyata ini dia bendanya…
Seperti baru dapat harta karun ‘ricambi originali’ nih….  hehe….. J


Sekarang tinggal soal bagaimana cara pemasangannya, karena gambar di ePER tidak menjelaskan tentang itu.
Setelah muter-muter di google, akhirnya nemu juga sebuah referensi.


Benar-benar sebuah mobil yang sederhana….   J
Begitu simpel, dan langsung saya aplikasi-kan.





Belakangan saya baru tahu, soal tali karet ini ternyata ada gambarnya di dalam buku pedoman pemilik. Saya terlambat mengetahuinya.
[Ketahuan deh kalo buku ini jarang dibaca. Padahal sempat saya jadikan tulisan pada bulan Januari lalu. Hehehe…]  J


////

Friday, June 26, 2015

Tentang Tangki Air Wiper

Beberapa kali hujan-hujanan, saya sering mengalami kesulitan ketika ingin membersihkan kaca belakang dari debu atau kotoran sebelum wiper belakang diaktifkan.
Penyebabnya, motor pendorong air ke penyemprot belakang sepertinya sudah tidak berfungsi.

Sudah sempat tanya-tanya soal motor tersebut ke mas Ano IF.
Barangnya ada, tapi sepertinya bukan barang ori. Atau, mungkin memang ori untuk fiat, tapi bukan untuk tipe-nya Marzo.

Eh, nggak lama, malah nemu iklan tangki air wiper dengan harga yang cukup miring.
Tangki berikut dua motornya.
  

Dari negerinya 'ce-er-tujuh'.

Setelah di-pikir-pikir agak lama, pada akhirnya saya beli juga.
Walau sebenarnya, kalo berikut ongkir, harganya malah jadi nggak miring.

Pada 12 Maret, barangnya datang. 
Eh, ternyata nggak pake tutup. Di iklannya memang nggak kelihatan tutupnya sih.


Ada 2 kata italiano. 'Lunotto' dan 'Cristallo'.
Diterjemahin oleh google menjadi ‘rear window’ atau ‘jendela belakang’, dan ‘glass’ (?). Mungkin maksudnya, kaca depan kali ya...

Lalu, ada huruf kapital ‘R’ dan ‘B’. Apa ya? Nggak ngerti….



Bila melongok kondisi dalamnya, terlihat bentuk mulut lubang kedua salurannya berbeda.
Saya belum tahu alasannya apa.



////

Monday, June 22, 2015

Panduan Melepas Grill Atas

Sekitar bulan Februari 2013, ketika berkutat mengatasi masalah kebocoran yang disebabkan saluran mampet, saya pernah kebingungan untuk melepas panel grill atas, yang letaknya di depan kaca mobil depan.


Saking bingungnya, sampai punya pikiran untuk melepas kap mesin, padahal sebenarnya tidak perlu sampai sejauh itu.
Untungnya pada saat itu, via telepon, pak Yan memberikan tips dan triknya seputar bagaimana cara membuka ‘panggangan sate’ (istilah yang saya tahu dari pak Yan) ini.
Terima kasih, pak Yan, atas bantuannya jarak jauhnya.

Karena dua Ahad lalu ada kepentingan untuk kembali membuka si ‘panggangan sate’ ini, maka sekalian saja saya buat tulisan. Barangkali ada yang membutuhkan.

Tahapan melepas;

1.    Lepas 2 sekrup luar di ujung atas, kanan & kiri.



2.    Lepas tangkai wiper.
Buka mur luarnya. Pakai kunci pas 13. [ Hati-hati, karet penutupnya mungkin sudah agak getas, karena usia].




3.     Setelah tangkai wiper lepas, ada satu mur lagi yang perlu dibuka, pakai kunci pas 22.



4.    Buka 5 sekrup dalam.

- 3 sekrup berada di posisi tengah.  [Marzo cuma terpasang 2, karena satu dudukan lagi sudah somplak].


- 2 sekrup lagi ada di pinggir atas, kanan dan kiri.


5.    Panel dilepas perlahan-lahan ke arah depan mobil, atau ke arah mesin, melalui kolong lekukan kap mesin.


[Di sinilah dulu saya pernah mengalami kesulitan. Saat itu, saya mencoba menarik panel ke arah belakang, atau ke arah kaca depan. Tidak pernah berhasil, karena kedua ujung panel selalu tertahan/nyangkut pada kap mesin. Di-info-kan oleh pak Yan, ternyata panel malah ditarik ke arah sebaliknya. Se-sederhana itu ternyata solusinya… hehe…].

6.    Lepas selang air wiper.




Tahapan memasang;

7.    Kebalikan dari melepas, panel masuk dari arah kaca depan ke arah mesin.


8.    Bersamaan dengan pergerakan panel, pangkal wiper harus dimasukkan ke lobang.


9.    Kalo panel sampai kelolosan, atau maksudnya pangkal wiper belum masuk lubang tapi panel sudah melewati batas kap mesin, maka diulang lagi langkah-langkah (no.7 & 8) di atas.

10.  Setelah mendarat dengan manis di posisinya, jangan lupa selang air wiper dimasukkan ke ujung nozzle-nya yang berada di balik panel grill.


[Ini jangan sampai terlewatkan. Mungkin karena faktor ‘U’, saya pernah sudah sampai di tahap mengencangkan semua sekrup dalam, baru teringat kalau selang belum dipasang.]

11.  Semua sekrup dalam, kemudian sekrup luar, dipasang kembali.

12.  Wiper dan teman-temannya dipasang kembali.


Selesai.

////