Waktu
mengangkat Marzo dulu, saya di-hibah-i satu set roof rack oleh pak Bambang, pemilik
sebelumnya.
Pertama
kali yang diberikan adalah kardusnya dulu. Tentu, bersama isinya.
Belum mudeng waktu itu. Fungsi benda2 yang ada di dalam kardus ini untuk apa?
Walau di dalamnya ada gambar petunjuk, tapi tetap saja nggak pengaruh.
Belum mudeng waktu itu. Fungsi benda2 yang ada di dalam kardus ini untuk apa?
Walau di dalamnya ada gambar petunjuk, tapi tetap saja nggak pengaruh.
Baru
paham setelah barang-barangnya komplit, yaitu setelah besi selonjorannya saya ambil
di rumah beliau di kawasan Pamulang.
Peruntukkannya
memang untuk Marzo dan kawan-kawannya.
Kata
pak Bambang, ini dibeli oleh adiknya, bu Wati, dari Belanda.
Kalo dibandingkan dengan roof rack mobil-mobil anyar, emang kelihatan kuno disainnya.
Selain itu, warnanya
juga nggak cerah karena faktor usia. Di-pilox aja? Hush! Jangan. Ntar jadi nggak
ori dong…
Apapun
kondisinya, saya cukup senang mendapat hadiah benda seperti ini.
Saya pikir, di Indo mungkin yang punya model semacam ini cuman saya... hehe... ge-er..
[sssst…
sudah ada dua orang yang ngantri dan ngincer, kalo roof rack ini mau saya lepas….]
Roof
rack ini biasanya saya pasang pas hari-hari kayak sekarang ini nih, pas mau dikit
lagi Lebaran. Biar terkesan mau mudik, padahal sih gak kemana-mana. Hehe…
Dilepas
kalo sudah beberapa minggu kemudian. Mungkin malah bisa lebih cepat lagi. Seperti misalnya, pernah kening saya kejedot ujung framenya. Daripada bikin celaka untuk kedua kalinya, segera saja roof rack saya lepas. Lumayan juga bikin kepala saya jadi nyut..nyut...nyut... .
Jadi, di hari-hari seputar Lebaran, roof rack ini ikut wara-wiri ke sana ke mari.
Jadi, di hari-hari seputar Lebaran, roof rack ini ikut wara-wiri ke sana ke mari.
Saya
masih teringat, waktu lebaran tahun hijriah kapan, ketika silaturahmi ke rumah ncang Wi
di pasar minggu, Ibu
(demikian kami memanggil istri ncang Wi) sampai terbengong-bengong melihat
Marzo terpasang roof rack.
“Emang si ipul mau mudik ke mana, yak?”, tanyanya dengan logat betawi khasnya. :)
Jelas
aja si Ibu bingung. Di keluarga besar istri yang betawi tulen, saya kan sudah ngetop kalo gak
pernah pulang mudik kalo lebaran. Emangnya mau mudik ke mana? Hehehe….
////
No comments:
Post a Comment