Saturday, December 3, 2016

Tentang Kabel Negatif Aki

Kondisi fisik kepala terminal benda yang satu ini memang mengkhawatirkan. Sejak awal punya memang sudah begini keadaannya.



Dulu banget, sempat terpikir untuk mengganti sekalian dengan kabelnya, dengan barang yang ada di pasaran.
Saya urungkan setelah melihat ke-orisinil-an kabel yang terpasang ini. Saya jatuh hati dengan bagaimana kabel ter-cor langsung menyatu dengan kepala terminal.
Sayangnya, yang orisinil kayak gini sepertinya sudah kena stempel “rare item”.

Slow hunting saja.
Hingga akhirnya, saya beralih ke suku cadang sesama Fiat untuk tipe yang lain. 
Berdasarkan gambar penampakan di lapak penjual, ini lebih kurang sama dengan yang Marzo punya.
Panjang kabel, setelah di-kira-kira pakai skala, sepertinya memang lebih pendek, tapi masih bisa di-tolerir.


Alhamdulillah.
Selalu ada rasa senang ketika mendapatkan sesuatu yang orisinil. Taste-nya beda.
[Benda "3 benua" ini bisa ada karena bantuan seorang teman baik. Terima kasih, Na.]




ID-nya bukan seperti yang dicari, 7627754, melainkan 7572698.






Tetapi...
Kabelnya benar-benar kependekan!
Tekor 10 sentimeter-an.


***

Ternyata....
Setelah dicocokkan dan di-pas-kan dengan kabel lama yang masih terpasang, panjang kabel yang baru ini sama dengan yang lama tersebut.
Ini cukup melegakan.



Bisa timbul kesan awal lebih pendek 10cm, dikarenakan posisi “kupingan”-nya tidak sama dengan kabel lama, yaitu bergeser lebih kurang 10 cm.
Ini masalah baru. 

////

Wednesday, November 30, 2016

Ganti Karet Wiper Belakang

Waktu awal-awal kenal dengan Arfan (boss-nya Fiatretropolis), saya dapat satu tips.
Katanya, untuk karet wiper belakang bisa pakai karet wiper bekas yang panjangan, lalu dipotong.

Tips yang bermanfaat ini masih saya pakai sampai sekarang.
Kali pertama saya praktekkan adalah setelah dapat satu set wiper bekas, boleh minta dari Anto. [Ini sedikit lanjutan dari cerita kemarin. Jadi, setelah ter-heran-heran melihat wiper-wipernya, saya malah ngambil satu. Hehe…  ].

Selain efisiensi, ada alasan lain.
Untuk mendapatkan karet wiper belakang baru, yaitu ukuran 13 inch (atau 33 cm), ternyata cukup susah dicari di pasaran.

Kalo dikaitkan dengan rencana mengganti karet wiper depan setiap 3 bulan sekali, maka, pada akhirnya, karet wiper akan terpakai selama 6 bulan. Tiga bulan di depan, tiga bulan di belakang.


Langkah-langkahnya.

Melepas karet lama
 (1) Pahami dulu, bahwa ada 3 koneksi rangka ke karet. Dua di ujung, satu di tengah. Ujung-luar dan tengah, perletakan rol. Ujung-dalam (dekat poros), jepit.






(2). Lepas karet dari sangkutan ujung-dalam pakai bantuan obeng kecil. Congkel pelan-pelan. Jangan sampai sangkutan frame malah jadi patah.


(3). Kalo sudah lepas, si karet sebenarnya bisa langsung sliding. Tapi sayangnya, arah yang memungkinkan adalah ke arah dalam/kaca, sehingga tertahan. Jadi langkah berikut yang lebih pas, adalah cabut dua bilah besi dari karet. Sesudah si besi ini tercabut, praktis si karet jadi letoy, dan mudah dilepas.




Mempersiapkan karet “baru”  (pake tanda kutip)
(4). Karet dari (bekas) rangka wiper depan hanya tersangkut di salah satu ujung saja. Tapi, percayalah, ternyata cukup susah untuk melepas langsung si karet begitu saja. Tipsnya, sama dengan poin 3 di atas, yaitu tarik dua bilah besi lebih dulu.



(5). Karet lepas-an kemudian dipotong sesuai ukuran.



Memasang karet “baru”  (masih pake tanda kutip).
(6). Seluncurkan si karet dari arah dalam atau poros wiper.


(7). Masukkan bilah besi dari ujung-luar.


Oh, ya. Sebelumnya, perhatikan adanya coakan di bilah besi. Coakan ini harus masuk dan mengunci ke tonjolan yang ada di gutter-nya besi pada karet.


Jangan lupa, bilah besi-nya ada dua. Setelah satu sisi selesai, lakukan juga di sisi baliknya.



(8). Setelah besi “terkunci”, si karet tinggal digeser supaya kaitan rangka wiper masuk ke lubang sangkutan. Sebelum karet digeser atau didorong pakai bantuan jari, pastikan dulu karet sudah tercantol di sangkutan tengah dan ujung-luar.


(9). Setelah sangkutan masuk mengunci pada karet wiper, maka selesai-lah.



////

Sunday, October 30, 2016

Ganti Karet Wiper Depan

Pertengahan 2012, saat berkunjung ke rumah Anto di Munjul, saya sempat ter-heran-heran,
melihat beberapa wiper bekas yang ditunjukkannya ke saya.
Sepertinya, teman kuliah saya ini mempunyai kebiasaan mengganti wiper ‘Singa Perancis’-nya itu secara terjadwal, alias rutin. Beberapa di antaranya, sekilas malah masih terlihat bagus.
Endang (istrinya) pun sampai ber-komentar, “… mas Anto kalo ke-mana-mana, memang hobinya beli wiper…”.  Anto pun tersenyum lebar… hehehe…

Memang sih, setahu saya, nggak ada aturan yang baku mengenai kapan mesti mengganti karet wiper.
Saya sendiri lebih senang menggantinya setahun sekali, terutama saat baru mulai masuk musim hujan. Dengan catatan, itu pun kalo lagi ingat. Hehehe….

Belakangan, setelah memperhatikan hujan yang mulai seperti tidak kenal musim lagi,  [“Anomali”, kalo kata Haidhy, salah seorang kolega saya], saya pikir, kebiasaan baik Anto ini patut ditiru.
Ganti setiap 6 bulan sekali, itu cukup ideal.
Karena beberapa pertimbangan, saya rencanakan jadwal yang lebih ketat lagi, yaitu ganti setiap 3 bulan sekali.


Biasanya saya pakai merek Bosch. Tipe ber-rangka, bukan yang ‘frameless’.

Kebetulan, tipe yang terakhir saya beli adalah BBE450. Dulu, pernah pakai tipe BE18.
Bedanya apa antara keduanya, saya nggak tahu-lah. Terpenting ukuran panjangnya sama-sama 18 inch, atau 450 cm.
Wiper ini punya dua tipe konektor, tergantung dari jenis cantolan di gagang wiper. Marzo ber-tipe kait, atau hook.


Konon, merek ini ada barang kw-nya. Wiper yang saya beli ini masuk yang mana ya, asli atau kw?


Cara mengganti wiper itu sifatnya ‘universal’, alias bisa di-aplikasikan ke hampir semua mobil. Nggak terlalu susah.

Langkah-langkah normal dalam melepas wiper lama, dan memasang wiper baru.
1.    Pastikan mobil dalam keadaan diam. [Kalo ganti wiper dalam keadaan mobill lagi jalan, ntar kayak pelem-pelem eksyen].
2.    Tekan konektor wiper pada kaitan. Lepas per-lahan-lahan dari kait si gagang.





3.    Masukkan/selipkan kait gagang ke konektor pada wiper baru. Selesai.



Itu kalo kondisi normal, ya.
Kalo yang saya alami, sebelum poin 3 masih ada beberapa sub-poin dari poin 2.

Soalnya begini.
Dalam beberapa kali penggantian, saya selalu gagal memasukkan kait ke konektor pada wiper baru.
Dulu sempat heran juga, tapi saya nggak mau ambil pusing. Konektor lama saya pindahkan saja ke wiper baru.




Selesai deh urusannya.


////

Sunday, September 25, 2016

Ganti Shock Breaker Depan

Sokbreker, alias shock breaker atau shock absorber.

Masalah kaki-kaki yang kemarin itu, sedikitnya telah memaksa saya “keluar kandang”.
Selain harus membeli ban luar baru, saya juga jadi terpacu untuk memikirkan proyek sokbreker yang sudah cukup lama tertunda.

Sokbreker depan sebelah kiri, memang sudah “berisik” sejak lama. Mungkin, ada sekitar 2 tahun-an lebih. [Hehehe… lama bener, yak?]
Waktu terakhir ketemu pak Asep di bengkelnya pertengahan tahun lalu, malah sampai dikomentarin, “sok-nya sudah mati nih..”.

Kalo dipikir-pikir, kondisi sekarang sebenarnya cukup pas. Masalah sokbreker ini kan bisa diikutsertakan dengan paket pekerjaan kaki-kaki bila nanti dibawa ke bengkel.
Tapi, berhubung sudah niat pengen dikerjakan sendiri, so…. dijalankan saja dulu.

Sudah nyadar dari awal, bahwa ini butuh 'effort' (terutama, dana) yang cukup lumayan. Oleh karena itu, pernak-pernik yang berhubungan dengan proyek sokbreker ini dikumpulkan satu demi satu, walau makan waktu agak lama.




Per. Nama aliasnya, per keong.

Saya beli seken pertengahan November 2014 dari Fajar Erlangga, fiater asal Tangsel.
Sebetulnya ini buat jaga-jaga saja.
Per yang masih terpasang kayaknya sih masih oke. Semoga begitu.



Karet boot.

Karet yang saat ini masih terpasang memang harus diganti. Sudah bodol.
Saya datangkan sepaket dengan pembelian “per”, walau bisa dikatakan, ini dibeli secara nggak sengaja.

[Awalnya cuman nanya saja, belum pengen beli. Eh, nggak tahunya, diikutkan dalam pengiriman bersama paket “per”. Bikin saya kaget dua kali. Pertama, kaget karena hal ini. Kedua, kaget karena barang se-abrek-abrek ini sudah dikirim dan bahkan sudah sampai di rumah duluan sebelum dibayar. ‘Trustworthy’ ternyata ada di komunitas Fiat….. ].




Sokbreker.

Setelah ber-tahun-tahun diincar, sokbreker ini –akhirnya- bisa saya punyai. Alhamdulillah.
Tipe oli. Merek Monroe.


Saya datangkan dari mas Ano pada awal bulan Februari lalu, setelah cukup sering saya tunda-tunda terus pembeliannya. [Semoga nggak dianggap sebagai “php” oleh mas Ano. Hehe….  ]





Terakhir, alat bantu, yaitu Treker.
Kata orang-orang sih, ini buat nge-press per. Berhubung saya belum pernah coba dan pakai, jadi saya percaya aja-lah dengan apa kata orang… hehe….
Saya beli akhir Februari lalu. Merek Tekiro. Tipe “single clamp”.

Kalo kata pak ABS, untuk nge-press “per”, sebenarnya bisa di-improvisasi dengan bantuan kawat.
Saya pernah lihat “metode kawat” ini di youtube, dan beberapa tulisan blog otomotif. Too risky, terutama buat newbie kayak saya.


***

Manusia boleh berencana, tetapi Allah juga yang menentukan.

17 Agustus. Tanggal merah.
Beberapa persiapan dilakukan. Termasuk ambil beberapa foto, buat dokumentasi.

Pemandangan “pasien pertama” ada di depan mata. Sokbreker depan kiri.
Target pertama adalah melepas 2 buah baut bawah.


Kemudian kaki melangkah ke rumah ortu.
Satu tas perlengkapan warna merah berisi sekumpulan kunci ring dan kunci pas  yang biasa saya pergunakan (baca: pinjam), ternyata tidak ada di tempat biasanya.

Mood mendadak hilang. Proyek bubar.


[Pelajaran yang bisa diambil:  Segala macam kunci-kunci, entah itu kunci pas, kunci ring atau kunci lainnya, sebaiknya mulai dilengkapi sendiri].


////

Monday, August 15, 2016

Ganti Ban Luar

Beberapa bulan lalu, sebenarnya saya sudah punya pikiran dan ancang-ancang untuk membeli ban baru. Minimal sebuah, untuk ban cadangan.
Dari sejumlah ban luar yang saya punya, apabila dipatuhi anjuran bahwa ban umur 3 tahun sebaiknya diganti, maka tidak ada satupun yang lolos seleksi.
Empat ban terpasang, merek Achilles tipe Platinum, semuanya produksi tahun 2012.
Lima ban lainnya, Bridgestone tipe Turanza, yang merupakan peninggalan pemilik lama, lebih lawas lagi. Produksi tahun 2005  dan, bahkan ada yang tahun 2000 (!).

Sehingga, akibat “ban telat spooring” tersebut, saya nggak kaget-kaget amat ketika situasi langsung menempatkan saya harus membeli ban baru. Pagi hari ketemu masalah, siangnya langsung saya pergi keluar ke toko ban. Saya putuskan beli dua buah ban baru.

Awalnya pengen tetap pakai merek Achilles.
Setelah browsing-an sebelumnya, dengan beberapa pertimbangan,di antaranya pertimbangan pilihan toko ban terdekat yang ada [karena saya memikirkan, akan wara-wiri setidaknya dua kali membawa ban dengan motor], pilihan jatuh di merek Bridgestone, tipe Ecopia.

Pada akhirnya, saya ganti pilihan menjadi tipe Techno, berhubung saat itu sedang tidak tersedia ukuran 175/70-R13 untuk tipe Ecopia.

Informasi di situsnya, Techno memang sesuai untuk mobil-mobil sejenis Marzo (dan Igan).


Alhamdulillah.
Sekarang, saya punya lima ban siap tempur dengan ukuran sama, 175/70-R13.
Kedua buah ban baru akan dipasang di belakang. [Catatan: Saya ber-aliran “ban baru dipasang di roda belakang”].
Sepasang Achilles akan berposisi di depan.
Dan, satu Achilles lainnya akan “duduk di bangku cadangan”.




Hmm… Belum betulin kaki-kaki, saya sudah kena jajan 2 kali 420 ribu. Hehe….


***

Update:  Gambar ban terpasang. Stiker-nya nggak usah dilepas.   :)


////

Sunday, August 14, 2016

Masalah Kaki-kaki

24 Juli lalu, lagi-lagi kening saya berkerenyit.
Saat sampai di depan rumah bang Sofyan dan kak Winda untuk acara silaturahmi pasca lebaran (suka di-istilahi orang-orang sebagai “halal bi halal”), nggak sengaja saya melihat sekilas dari kejauhan sisi dalam ban depan kanan dalam keadaan polos.
Berhubung lagi ada acara, maka urusan kolong-mengolong saya tunda dulu.

Baru sabtu kemarin, saya berkesempatan mengurus ini.

Wow…
  

Saya sampai terkesima.
Ada rasa syukur, bahwa selama memakai Marzo sebelum-sebelumnya, saya dan sekeluarga tidak mengalami kejadian yang bisa me-mudharat-kan kami. Alhamdulillah.



Benar-benar habis. Licin. Tanpa kembang ban sama sekali.
Bahkan di satu bagian, kawat-kawat bajanya sampai terlihat.

Saya harus akui, bahwa saya kecolongan.
Masalah pada kaki-kaki Marzo memang sudah terdeteksi cukup lama. Tapi hanya di sisi kiri.
Karena saya nilai masih aman, spooring-nya saya tunda terus.
Eh, nggak tahunya, sisi kanan yang biasanya dalam keadaan aman tentram malah yang “kena”.

Saya belum tahu persis, penyebabnya apa atau fail-nya di mana.
Karena merasa awam soal per-kaki-kaki-an, saya putuskan, ini biar dibenerin bengkel saja.

////

Saturday, August 13, 2016

Tentang Kunci Roda

Memang ada cerita tersendiri.

Sejak awal memiliki Marzo, saya sebetulnya heran.
Mengapa kunci roda peninggalan pemilik sebelumnya ini tidak bisa masuk dengan pas di slot-nya pada rumah dongkrak.
Tapi, lama kelamaan saya jadi paham, kalo ternyata bukan kunci roda ori.
[Saat proses pembuatan tulisan ini, saya baru tahu kalo di kunci roda ini tertera tulisan “made in japan”].



Sampai kemudian pada awal tahun lalu, saya menemukan sebuah iklan.


Wah… 
Berkecamuk dalam pikiran, selama ber-minggu-minggu….

Daripada penasaran….


Dibikin happy saja. Ibarat menemukan satu keping puzzle yang hilang.


Dasar memang jodohnya, kunci roda orisinil ini langsung ‘plek’ ketika dipasang.

Hanya saja, untuk keperluan operasional, saya tetap pakai kunci roda yang lama.


Ketika saya ceritakan soal “perburuan” kunci roda dari Itali ini ke dua rekan kerja, langsung terlihat ada perubahan pada roman muka mereka. Reaksi itu lebih kurang bisa diterjemahkan sebagai sebuah komentar, “Memangnya di sini nggak ada yang jual kunci roda?”.
Saya pikir, ini respon yang normal dari siapa saja ketika mengetahui cerita ini. Hehe…

Ya… Begitulah…
Kalo sudah masuk ke ranah hobi, kadang bisa dijumpai hal-hal yang  terasa nggak masuk di akal.
Oleh karenanya, saya terkadang heran. Terutama, heran terhadap komunitas Fiat. Juga, heran terhadap diri saya sendiri.  :)

////