Awal
bulan Mei ini ada sebuah euforia kegembiraan, akibat terdengarnya lagi deru mesin Marzo
di halaman rumah setelah “mute” selama ber-minggu-minggu (Sebenarnya sih
“berbulan-bulan”…. hehe….).
***
Saking
lamanya, saya sampai lupa, kapan terakhir kali memanaskan mesin. Januari?
Februari?
Pastinya,
saat kali pertama mencoba men-starter, yaitu pada sekitar akhir Maret, nggak mau hidup sama sekali.
Seperti
biasa, tertuduh utama adalah aki.
Setelah
di-charge ber-ulang-ulang pakai alat sendiri, dan pernah sekali dibawa ke tukang
cas aki, masih belum berhasil hidup juga. Jadi heran, aki umur baru setahun kok
sudah mati?
Tuduhan
sempat juga beralih ke yang lain. Tetapi malah jadi bingung sendiri untuk
menentukan penyebabnya. CDI-nya? Atau, dinamo starter? Ujung-ujungnya bisa berakhir ke duit juga.....
Pada
akhirnya, saya mengikuti saran dari
Ryan, seorang tetangga yang baik hati yang pernah membantu saya nge-bleeding
rem, yaitu mengganti air aki.
Nggak terlalu berharap banyak sebetulnya, tetapi tetap saya lakukan, karena untuk beli aki yang baru, hati (dan dompet) masih terasa berat. Selain itu juga, hitung-hitung buat nambah pengalaman
baru.
Langkah-langkah
pekerjaannya banyak terdapat di yutub. Ringkasnya begini:
1. Air aki lama dikuras habis
2. Dikocok beberapa kali dengan air panas.
3. Aki diisi kembali dengan air accu
zur.
4. Aki di-cas.
Saya
beli air accu zur sebanyak 3 botol ukuran 1000ml. Terpakai lebih kurang dua setengahnya, atau 2.5 liter.
Selama
memakai alat Automac, sepertinya baru kali ini saya melihat warna lampu
indikator biru menyala sendirian. Biasanya, lampu indikator warna merah di
sebelahnya masih menyala remang-remang.
Jadi
timbul rasa optimis.
Saking
antunsias-nya, aki langsung saya coba walau di-cas belum terlalu lama.
Ternyata, mesin masih belum bisa hidup.
Aki
di cas lagi, dengan lama waktu lebih lama. Di atas 12 jam.
Setelahnya,
dicoba lagi. YES!
Alhamdulillah.
***
Kegembiraan
ternyata tidak berlangsung lama karena satu hal.
Mesin
dengan segera saya matikan, setelah melihat ada tetesan bensin jatuh di posisi sedikit
di atas alternator.
Alhamdulillah
‘ala kulli hal. Nyaris saja……. nyaris….nyaris….
Cukup beruntung, kotak filter udara sedang saya lepas saat itu (biasanya nggak pernah dilepas),
sehingga kejadian ini bisa langsung ketahuan.
Setelah
ditelusuri, bensin merembes keluar dari hubungan selang dengan karbu.
Saya pernah baca (mungkin) di milis, ada Fiater yang pernah punya pengalaman serupa. Nyaris jadi musibah.
Anyway. Posisi
selang berisi bensin melintang di atas alternator memang agak beresiko.
***
Setelah
dilepas, selang dipotong sedikit dan dirapihkan potongannya, kemudian dipasang
lagi dan dikencangkan klem-nya.
Sampai
tulisan ini dibuat, alhamdulillah, bensin tidak merembes keluar lagi.