Ketika
mencoba melepas silinder rem roda belakang kanan, sekitar sebulan yang lalu,
saya malah jadi punya urusan dengan mur konektor pipa remnya.
Akibat keasikan muter-muter mur dengan kunci pas dan nepel, saya telat menyadari kalau obyek yang diputar ternyata tidak ikut berputar.
Wah…. masalah nih…..
Langsung
terhenyak setelah tahu mur sudah terlanjur dol. Potongan penampang segi enam sudah berubah nyaris
menjadi lingkaran.
Si
silinder rem akhirnya dilepas segelondongan bersama pipa remnya, setelah
terlebih dahulu ujung pipa rem yang satunya lagi dilepas dari percabangan pipa.
Untungnya, panjang pipa rem hanya 40 cm.
Sudah
di-dismantle kayak begitu-pun, dan disemprot we-de-pat-puluh, tetap saja si mur konektor itu susah untuk dilepas.
Nggak
ada jalan lain, selain mengganti pipa rem tersebut, komplit dengan dua
konektornya.
Solusi
praktisnya adalah mencari pipa rem universal yang dijual meteran.
Saya
beli dengan ukuran panjang setengah meter. Lebih panjang sepuluh senti dari panjang pipa
aslinya.
Sejak
awal, sudah agak kurang ‘sreg’ dengan bentuk ujung pipanya yang nggak sama dengan pipa ori. Bahkan, aneh-nya, kedua ujung pipa rem baru tersebut tidak sama satu sama lain. Dan, saya sangsi dengan salah satu ujungnya tersebut, yang terkesan ujung pipa hanya di-megar-kan begitu saja.
[Setelahnya, baru tahu kalo hal ini ada istilahnya. Namanya, “flare” atau “flaring”. Tukang AC yang saya tanya, menyebutnya sebagai “plering”, pakai “p” bukan “f”. Hehe….]
[Setelahnya, baru tahu kalo hal ini ada istilahnya. Namanya, “flare” atau “flaring”. Tukang AC yang saya tanya, menyebutnya sebagai “plering”, pakai “p” bukan “f”. Hehe….]
Sebelum
di-bending, coba dipasang dulu ke percabangan. Memang terasa kendor. Nggak sekencang
seperti koneksi pipa ori-nya.
Feeling
saya, kalo pipa baru ini dipasang, bakalan rembes.
Tapi
gak ada pilihan. Saya tetap teruskan pasang pipa rem ini.
Pertama, pipa mesti dibentuk dulu lekukannya sesuai kondisi jalur yang dilintas.
Ditekuk-tekuk
pakai tangan, masih bisa. Sesekali pakai bantuan kanvas rem.
[Setelahnya,
saya baru tahu kalo nge-bending pipa rem ternyata ada alatnya].
Sampai satu saat, ada lekukan tanggung. Maksudnya biar cepat, maka saya bengkok-in pakai bantuan tang. Hasilnya, bentuk lekukan malah jadi terlalu patah, bukan lengkung.
Sampai satu saat, ada lekukan tanggung. Maksudnya biar cepat, maka saya bengkok-in pakai bantuan tang. Hasilnya, bentuk lekukan malah jadi terlalu patah, bukan lengkung.
Ctak! Pipa rem beneran jadi patah, ketika bending-an hasil tang tersebut saya coba normalkan dengan tangan.
***
Beberapa
hal yang baru dipikirin setelah kejadian;
1. Kalo mau lebih rapi dan yakin, buat
template lekukan terlebih dahulu dengan bahan lain, misalnya kawat.
2. Beli pipa rem jangan nge-pas
jumlahnya. Beli lebih sebagai cadangan.