Dua ahad yang
lalu, pagi-pagi sebelum keluar dari pintu rumah untuk keperluan manasin mesin, sebetulnya
sempat punya feeling setelah mengamati anak kunci yang sudah mau putus.
Qodarullah….sesuatu
yang dikhawatirkan pun terjadi-lah….
Si anak
kunci mendadak patah (saya lebih pilih istilah ‘putus’ sebetulnya), saat mesin
dalam keadaan sudah hidup.
Patahan
yang tertinggal di dalam rumah kunci starter tentunya nggak bisa dicabut begitu
saja sebelum posisi kunci diputar balik, yang sekaligus juga untuk mematikan
mesin.
Setelah
beberapa kali percobaan dengan bantuan obeng kecil tapi masih belum berhasil,
maka saya putuskan untuk mematikan mesin dengan cara mencabut kabel negatif
dari aki.
Setelah mesin
mati, dicoba lagi untuk mengeluarkan patahannya dengan obeng yang agak gedean. Nggak
butuh waktu lama dibanding sebelumnya, si anak kunci berhasil diputar, dan patahannya
dicabut dengan tang.
Kejadian ini
menambah koleksi anak kunci patah milik saya menjadi dua.
Sejarahnya,
dulu saya menerima dua anak kunci orisinil dari pak Bambang.
Salah satu
problem di masa-masa awal mempunyai Marzo adalah tutup bensin yang susah sekali
untuk dibuka.
Anak kunci
bisa masuk ke slot, tapi keras untuk diputar. Baik putaran kunci untuk membuka,
maupun untuk menutup atau mengunci. Saking alotnya, sampai-sampai menimbulkan
efek puntir pada anak kunci.
Sampai pada suatu ketika, akibat beberapa
kali “pergulatan” saya dengan tutup bensin, anak kunci orisinil itupun menjadi
korban. Patah.
Lebih
kurang selama 2 minggu-an, Marzo sempat tidak bisa dibawa keluar karena tidak
ada anak kunci yang bisa dipakai untuk menghidupkan mesin.
Lho, kan
masih ada satu kunci serep?
Itulah
anehnya. Kunci serep orisinil ternyata nggak bisa dipakai untuk menyalakan
mesin. Pola giginya sama, tapi nggak bisa dimasukkan ke lubang kunci
starter-nya. Saya nggak tahu, salahnya di mana. Ketika saya konfirmasi, pak
Bambang yakin bahwa anak kunci itu seharusnya bisa dipakai.
Alhamdulillah,
saat berkesulitan seperti itu, saya bisa mendapatkan dua anak kunci baru dari
mas Didit Panjank di Pondok Cabe. [Itu-lah kali pertama saya bertemu dengannya].
Bukan anak
kunci ori. Entah, mas Didit ini dapat pasokan dari mana. Tulisan yg tertera
‘CETA’, bukan ‘FIAT’.
Tapi
gapapa-lah. Terpenting, setelah dibawa ke tukang kunci, anak-anak kunci ini
bisa dipakai.
Kejadian berikutnya
ternyata terulang. Baru dipakai beberapa kali untuk membuka tutup bensin, keduanya
langsung robek dan berpotensi putus. Bahannya memang lebih lunak, nggak sekeras
seperti bahan anak kunci orisinil.
Karena
nggak mau direpotkan lagi dengan urusan berburu anak kunci, akhirnya saya putuskan untuk mengganti biang masalahnya,
yaitu tutup bensin, berikut anak kuncinya.
Maka, kasus
perkara antara saya versus tutup bensin selesai dengan sendirinya.
Kembali ke
‘present time’.
Memperhatikan
kondisinya, saya perkirakan, satu-satunya anak kunci yang tersisa ini pun suatu
waktu bisa bernasib sama.
Saatnya
berburu ‘key blank’ lagi?
Ya. Mau
nggak mau. Harus. Tapi ‘slow hunting’ saja.
////