Sunday, January 31, 2021

Seputar Angka Kilometer (4)

Setelah berbulan-bulan bertahun-tahun tak bergerak, pada awal tahun ini, Marzo coba dibangkitkan lagi.

Berapa angka kilometer terakhirnya?
230954

Angka yang persis sama dengan postingan pada tanggal 30 Januari 2018.




////

Friday, November 30, 2018

Seputar Ban


Kalo kebetulan lagi ada urusan ngebongkar roda, biasanya ada satu item kerjaan iseng.
Yaitu, nyongkelin batu-batu atau kerikil kecil yang nyangkut di alur permukaan ban.




Awalnya, saya lakukan ini karena faktor estetika semata. Nggak enak dilihat mata.

Satu waktu saya pernah meng-google. Ternyata cukup banyak tulisan atau artikel seputar persoalan kerikil di ban ini.


Bisa disimpulkan secara singkat, bahwa kalo kerikil-kerikil ini dibiarkan menyelip di ban, lama kelamaan akan membahayakan.  Bisa membuat ban bocor tertembus kerikil yang tertekan terus oleh aspal atau jalanan.

////

Wednesday, October 31, 2018

Seputar Newbie

Kalo ingat masa-masa awal, saat baru mempunyai Marzo, terkadang ada beberapa hal yang terasa konyol kalau dipikirin pada saat ini, atau dipikirin saat baru mengetahui hal yang sebenarnya.

Salah satunya, soal rem tangan.

Sebelum berpindah tangan, pak Bambang memang sudah menjelaskan kalo rem tangan nggak bisa dipakai, karena kabelnya putus. Ngakunya sih, putus setelah ngebetulin knalpot.

Kemudian, memang dasarnya karena masih newbie, dengan tanpa beban Marzo sempat saya bawa kemana-mana dengan kondisi tanpa rem tangan.
Pikiran simpel saya waktu itu adalah, pak Bambang saja bisa membawanya dari rumahnya di Pamulang ke tempat serah terima di Perdatam, kok saya nggak bisa.
Memang, terkadang urusan terasa jadi lebih mudah kalo dijalankan tanpa beban.

Setidaknya kondisi “hand brake-less” dialami selama beberapa minggu, sebelum akhirnya “ditepikan” di bengkel empang.
Setelah dibetulin om Chandra, maka rem tangan jadi berfungsi.
Tapi, konyolnya, saya malah nggak atau belum tahu cara mempergunakannya. Sebatas tahu hanya untuk kepentingan parkir saja.

Ketika perjalanan pulang dari bengkel ke rumah dan ber-macet-macet “nggak ria” di tanjakan (yang sebenarnya landai tapi panjang) di jalan Haji Juanda selepas Cirendeu menuju Lebak Bulus, asli, itu benar-benar menjadi satu sore yang mencekam, di tengah suasana hujan gerimis yang agak lebat.
Berulang kali Marzo ngesot, karena saya tidak tahu cara  mengkombinasikan antara gigi satu, rem kaki, rem tangan dan gas. Sampai-sampai mobil di belakang memberi jarak agak jauh dan nggak mau dekat-dekat. Sepertinya dia khawatir dengan gerak-gerik Marzo yang “mencurigakan”. Hehehe...

Alhamdulillah. Saya sampai dengan selamat sampai di rumah.
Setelahnya, hal yang pertama saya tanyakan ke saudara ipar waktu kami ketemu adalah bagaimana cara menggunakan rem tangan, terutama saat keadaan macet di tanjakan.

Gumaman manusiawi-pun muncul, “Oooh.... begitu caranya.... “.
Yah... maklumlah...
Namanya juga masih newbie.... hehehe...

////

Sunday, September 30, 2018

Tentang Talang Air


Sebentar lagi -sepertinya- mau musim hujan. Mengapa Marzo tidak pasang talang air?

Sebenarnya, sudah pernah. Dulu.

* * *

Di luar sono, istilah benda satu ini cukup banyak. Side visor, window visor, rain guards, wind deflector, de-el-es-be.
Di sini lebih populer dengan nama “talang air”.
[Walau saya sebenarnya nggak begitu suka dengan pemakaian kata  “talang” di sini. “Penghalang air”, mungkin lebih tepat begitu.]

Riwayatnya, saya beli secara online dari seorang fiater.
Saya beli pertengahan Januari 2014 dan baru dipasang dua bulan setelahnya.



Cara pasangnya relatif mudah.
Tinggal melepas double tape yang sudah disediakan di sepanjang sisi bagian yang menempel ke bingkai jendela mobil.


Walau sedikit agak mengherankan saya pada waktu itu. Mengapa kok masih disarankan untuk diberi lem lagi oleh si penjual. Bagian yang akan ditempel diolesin pakai lem Fox dulu, sarannya.




Beberapa hari setelah dipasang, beberapa bagian dari talang ada yang lepas. (Hmm.. apakah mungkin ini akibat nggak diolesin lem dulu?)
Kemudian ditempel lagi dengan memakai double tape yg mahalan. 3M.


Lebih kurang dua minggu kemudian, setelah habis bepergian, salah satu panel talang, yaitu sebelah kiri belakang, didapati ketahuan telah hilang. Haduuuh....
Kemungkinan besar, si talang ini “terbang” di jalan tol…. [Semoga nggak menimpa mobil orang].

Karena terasa aneh dengan hanya 3 panel yang masih terpasang, dan itu pun juga dengan kondisi yang sudah pada mau lepas tempelannya, maka saya copot saja semuanya.

Jadi umur talang air ini menempel di pintunya Marzo, nggak sampai 2 minggu.

* * *

Setiap mau memasangnya kembali, selalu terbentur dengan satu panel yang hilang tersebut. Nggak bagus kalo nggak komplit.

Pada pertengahan September 2016; salah satu panel talang pintu belakang yang masih tersisa saya hibahkan saja ke seorang fiater yang saat itu memang lagi membutuhkan.
Yah... lebih baik begini, ada yang memanfaatkannya, daripada nggak dipakai.

Sedangkan, sepasang panel talang pintu depan masih saya simpan.

////

Friday, August 31, 2018

Tentang Katup Pengimbang


Bahasa inggrisnya;  Pressure Regulating Valve.

Saya nggak tahu, apa bahasa atau istilah bakunya dalam dunia otomotif kita.
Selain disebut sebagai “Katup Pengimbang”, ada juga yang menulisnya sebagai “Katup Proporsi”. Atau, bahkan ada yang langsung menyingkatnya menjadi “Katup P”.
Pak Asep menyebutnya dengan istilah “master kodok”. Entah apa sebabnya.

Saya baca-baca dari beberapa referensi mengenai ini.

Dari Haynes;
The pressure regulating valve is a load proportioning valve which restricts the hydraulic pressure to the rear brakes according to car weight during heavy applications of the brake pedal. This prevents the rear wheels locking.”

Dari referensi lain, yang saya belum tahu judul bukunya;
It is also known as the Load Proportioning Valve. It alters the balance of the brakes, front to rear, according to the amount of load on the rear of the car.”

Jadi, si katup ini berfungsi membatasi dan menyeimbangkan tekanan hidrolik dari rem depan ke rem belakang, sesuai berat atau beban mobil (terutama di bagian belakang). Berfungsi juga untuk mencegah roda belakang terkunci.

Lebih kurang, begitulah teorinya. Walau sebetulnya saya nggak begitu ngerti-ngerti amat. Hehe...


Tahapan pekerjaan bongkar dan pasangnya -mungkin- bersambung ke tulisan berikutnya.

////